BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Di
dunia ini tidak ada dua individu yang sama persis, baik dari segi fisik maupun
psikisnya. Hal ini merupakan salah satu bukti keagungan Allah SWT atas segala
ciptaan-Nya dan agar kita semua berbakti kepada-Nya. Adanya perbedaan individual, tentu akan turut serta menentukan
berhasil atau tidaknya individu tersebut dalam menjalankan tugas dan
kewajibannya, sehingga akan berakibat pula adanya perbedaan prestasi kerja
maupun prestasi belajarnya. Maka perlu diciptakannya alat untuk mendiagnosis
atau mengukur keadaan individu, agar dapat mengetahui adanya perbedaan antar
individu tersebut.
Banyak
alat atau instrumen yang dapat digunakan dalam kegiatan evaluasi. Salah satunya
adalah tes. Tes banyak digunakan untuk mengukur prestasi belajar peserta didik
dalam bidang kognitif, seperti: pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis,
sintesis, dan evaluasi.
Oleh karena itu, dalam makalah ini kita akan
mencoba untuk mengulas sedikit tentang konstruksi instrumen evaluasi yang
meliputi tes dan bentuknya.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa
definisi dari tes?
2.
Bagaimana
langkah-langkah pengembangan instrument evaluasi dan menyusun tes?
3.
Apa
sajakah fungsi tes itu?
4.
Apa
sajakah bentuk-bentuk tes?
5.
Sebutkan
pengembangan instrumen evaluasi jenis tes!
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi Tes
Secara
harfiah, kata “tes” berasal dari bahasa Perancis Kuno, yaitu “testum” dengan
arti: “piring yang digunakan untuk menyisihkan atau memilih logam-logam mulia
dari benda-benda lain”, seperti pasir, batu, tanah, dan sebagainya.
Dalam
bahasa Inggris ditulis dengan test yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan
dengan “tes”, “ujian” atau “percobaan”. Dalam bahasa Arab: Imtihan (إمتحان).
Secara istilah test adalah alat atau prosedur yang dipergunakan dalam rangka
pengukuran dan penilaian. Menurut Anne Anastasi dalam karya tulisnya berjudul
Psychological Testing (tes) adalah alat pengukur yang mempunyai standar yang
obyektif sehingga dapat digunakan secara meluas, serta dapat betul-betul
digunakan untuk mengukur dan membandingkan keadaan psikis atau tingkah laku
individu.
Menurut
Lee J. Cronbach dalam bukunya berjudul Essential of Psychological Testing, tes
merupakan suatu prosedur yang sistematis untuk membandingkan tingkah laku dua
orang atau lebih. Sedang menurut Goodenough, tes adalah suatu tugas atau
serangkaian tugas yang diberikan kepada individu atau sekelompok individu,
dengan maksud untuk membandingkan kecakapan mereka, satu dengan yang lain.
Sax
(1980: 13) mendefinisikan tes sebagai suatu tugas atau serangkaian tugas yang digunakan
untuk mendapatkan umpan balik sistematis yang dianggap mencerminkan trait atau
atribut pendidikan atau psikologi. Selanjutnya bahwa Sax juga menekankan bahwa
tes, berisi tugas-tugas yang disusun untuk menghasilkan pengamatan sistematis
mengenai suat sifat (trait).
Tes
merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan dalam rangka melaksanakan
kegiatan pengukuran, yang di dalamnya terdapat berbagai pertanyaan, pernyataan,
atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab oleh peserta didik untuk
mengukur aspek perilaku peserta didik.[6][6]
B.
Langkah-langkah Penyusunan Tes dan Pengembangan Instrumen Evaluasi
Dalam
penyusunan tes diperlukan langkah-langkah yang harus diikuti secara sistematis,
sehingga dapat diperoleh tes yang lebih efektif. Langkah-langkah tersebut,
sebagai berikut:
1.
Menentukan
atau merumuskan tujuan tes.
2.
Mengidentifikasi
hasil-hasil belajar yang akan diukur dengan tes.
3.
Menentukan
atau menandai hasil-hasil belajar yang spesifik, yang merupakan tingkah laku
yang dapat diamati dan sesuai dengan Tujuan Instruksional Khusus (TIK).
4.
Merinci
bahan atau mata pelajaran yang akan diukur dengan tes.
5.
Menyiapkan
tabel spesifikasi.
6.
Menggunakan
tabel spesifikasi tersebut sebagai dasar penyusunan tes.
Dalam
mengembangkan instrumen, Tuckman (1978:210-116) telah menunjukan
langkah-langkah yang dapat diikuti yaitu dengan menunjukan tujuan dan variabel
yang akan diukur, menentukan indikator, menulis butir-butir instrumen, serta
menguji coba dan mengevaluasi instrumen.
Menurut
Suryabrata, pengembangan spesifikasi instrumen tes, dilakukan dengan menentukan
tujuan-tujuan umum serta persyaratan tes, menyusun kisi-kisi tes, memilih
tipe-tipe soal, menentukan taraf kesukaran soal, menentukan cara
mengkompilasikan soal-soal dalam bentuk akhirnya, dan menyiapkan penulisan soal
dan penelaah soal. Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui bahwa
langkah-langkah pengembangan instrumen pada dasarnya meliputi: perencanaan,
persiapan, uji coba, dan penilaian hasil ukuran.
Disamping
itu baik buruknya evaluasi ada ditangan evaluator, yaitu guru yang melaksanakan
proses pembelajaran dalam suatu bidang studi atau tim khusus yang dibentuk
untuk melakukan evaluasi. Artinya guru harus bertanggungjawab juga dalam
pelaksanaan evaluasi.[9][9]
C.
Fungsi Tes
Kita mengenal bermacam-macam
fungsi tes sesuai dengan tujuannya masing-masing, yaitu:
1.
Sebagai
alat pengukur terhadap peserta didik. Dalam hubungan ini tes berfungsi mengukur
tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai oleh peserta didik
setelah mereka menempuh proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu.
2.
Sebagai
alat pengukur keberhasilan program pengajaran, sebab melalui tes tersebut akan
dapat diketahui sudah seberapa jauh program pengajaran yang telah ditentukan,
telah dapat dicapai.
3.
Sebagai
alat untuk menentukan penempatan siswa dalam suatu jenjang atau jenis program
pendidikan tertentu (placement test).
4.
Sebagai
alat untuk mencari umpan balik (feed-back) guna memperbaiki proses
belajar-mengajar bagi guru maupun siswa (test formatif).
5.
Sebagai
alat untuk mencari sebab-sebab kesulitan belajar siswa, seperti latar belakang
psikologis, fisik, dan lingkungan sosial-ekonomi siswa.
D.
Bentuk-Bentuk Tes
Sebagai
alat pengukur, tes dapat dibedakan menjadi beberapa jenis atau golongan,
tergantung dari segi mana atau dengan
alasan apa penggolongan tes itu dilakukan.
1.
Penggolongan
tes berdasarkan fungsinya sebagai alat pengukur perkembangan atau kemajuan
belajar peserta didik, dibedakan menjadi enam golongan, yaitu:
a.
Tes
seleksi (al-Imtihan al-Intikhabiy = الإمتحان الإنتخابى), sering dikenal dengan istilah “Ujian
Saringan” atau “Ujian Masuk”. Tes ini dilaksanakan dalam rangka penerimaan
calon siswa baru, di mana hasil tes digunakan untuk memilih calon peserta didik
yang tergolong paling baik dari sekian banyak calon yang mengikuti tes. Tes
seleksi dapat dilaksanakan secara lisan, secara tertulis, dengan tes perbuatan,
dan dapat pula dilaksanakan dengan mengkombinasikan ketiga jenis tes tersebut
secara serempak.
b.
Tes
awal (al-Imtihan al-Mabda’iy = الإمتحان البدئى),
sering dikenal dengan istilah pre-test. Tes ini dilaksanakan dengan tujuan
untuk mengetahui sejauh manakah materi atau bahan pelajaran yang akan diajarkan
telah dapat dikuasai oleh para peserta didik. Isi atau materi tes awal pada
umumnya ditekankan pada bahan-bahan penting yang seharusnya sudah diketahui
atau dikuasai oleh peserta didik sebelum pelajaran diberikan kepada mereka.
c.
Tes
akhir (al-Imtihan al-Niha’iy = الإمتحان النهائى),
sering dikenal dengan istilah post-test. Tes ini dilaksanakan dengan tujuan
untuk mengetahui apakah semua materi pelajaran yang tergolong penting sudah
dapat dikuasai dengan sebaik-baiknya oleh para peserta didik. Isi atau materi
tes akhir adalah bahan-bahan pelajaran yang tergolong penting, yang telah
diajarkan kepada para peserta didik, dan biasanya naskah tes akhir ini dibuat
sama dengan naskah tes awal.
d.
Tes
diagnostik (al-Imtihan al-Fahshiy = الإمتحان الفحصى). Tes ini dilaksanakan untuk menentukan
secara tepat, jenis kesukaran yang dihadapi oleh para peserta didik dalam suatu
mata pelajaran tertentu. Materi yang ditanyakan dalam tes diagnostik pada
umumnya ditekankan pada bahan-bahan tertentu yang biasanya sulit dipahami
siswa. Tes ini dapat dilaksanakan dengan secara lisan, tertulis, perbuatan atau
kombinasi dari ketiganya.
e.
Tes
formatif (al-Imtihan al-Yaumiy = الإمتحان اليوم),
sering dikenal dengan istilah “Ulangan Harian”. Tes ini adalah tes hasil
belajar yang bertujuan untuk mengetahui, sudah sejauh manakah peserta didik
“telah terbentuk” (sesuai dengan tujuan pengajaran yang telah ditentukan)
setelah mereka mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu. Tes
formatif ini biasa dilaksanakan di tengah-tengah perjalanan program pengajaran,
yaitu dilaksanakan pada setiap kali satuan pelajaran atau subpokok bahasan
berakhir atau dapat diselesaikan. Materi tes ini pada umumnya ditekankan pada
bahan-bahan pelajaran yang telah diajarkan, baik termasuk kategori mudah maupun
yang termasuk kategori sukar.
f.
Tes
sumatif (Imtihan al-Nisf al-Sanawiy =
الإمتحان النصف), sering dikenal dengan istilah “Ulangan Umum” atau “Evaluasi
Belajar Tahap Akhir (EBTA)”. Tes ini adalah tes hasil belajar yang dilaksanakan
setelah sekumpulan satuan program pengajaran selesai diberikan. Tes sumatif
dilaksanakan secara tertulis, agar semua siswa memperoleh soal yang sama.
Tujuan tes ini adalah untuk menentukan nilai yang melambangkan keberhasilan
peserta didik setelah mereka menempuh proses pembelajaran dalam jangka waktu
tertentu.
2.
Penggolongan
tes berdasarkan aspek psikis yang ingin diungkap, dibedakan menjadi lima
golongan, yaitu:
a.
Tes
intelegensi (intellegency test), yaitu tes yang dilaksanakan untuk
mengungkapkan atau mengetahui tingkat kecerdasan seseorang.
b.
Tes
kemampuan (aptitude test), yaitu tes yang dilaksanakan untuk mengungkapkan
kemampuan dasar atau bakat khusus yang dimiliki oleh testee.
c.
Tes
sikap (attitude test), yaitu tes yang dilaksanakan untuk mengungkap
predisposisi atau kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu respon tertentu
terhadap dunia sekitarnya, baik berupa individu-individu maupun obyek-obyek
tertentu.
d.
Tes
kepribadian (personality test), yaitu tes yang dilaksanakan untuk
mengungkapciri-ciri khas dari seseorang yang banyak sedikitnya bersifat
lahiriah.
e.
Tes
hasil belajar atau tes pencapaian (achievement test), yaitu tes yang
dilaksanakan untuk mengungkap tingkat pencapaian prestasi belajar.
3.
Penggolongan
tes berdasarkan obyek yang dites:
a.
Tes
individual (individual test), yaitu suatu tes yang dalam pelaksanaannya
memerlukan waktu yang cukup panjang (untuk waktu yang sama penguji hanya dapat
mengetes seorang calon).
b.
Tes
kelompok (group test), yaitu tes yang dilakukan terhadap beberapa murid dalam
waktu yang sama.
4.
Penggolongan
tes berdasarkan waktu yang disediakan bagi teste untuk menyelesaikan tes.
a.
Power
test, yaitu tes di mana waktu yang disediakan buat teste untuk menyelesaikan
tes tersebut tidak di batasi.
b.
Speed
test, yaitu tes di mana waktu yang disediakan buat testee untuk menyelesaikan
tes tersebut di batasi.
5.
Penggolongan
tes berdasarkan bentuk responnya (sifatnya).
a.
Tes
Verbal (Verbal test), yaitu tes yang menggunakan bahasa (ungkapan kata atau
kalimat) sebagai alat untuk melaksanakan tes. Tes verbal terdiri dari: tes
lisan (oral test) dan tes tulisan (written test).
b.
Tes
Non Verbal (Nonverbal test), yaitu tes yang tidak menggunakan bahasa (ungkapan kata atau kalimat) sebagai alat
untuk melaksanakan tes, tetapi menggunakan tindakan tertentu berupa gambar,
memberikan tugas dan sebagainya.
6.
Penggolongan
tes berdasarkan cara mengajukan pertanyaan dan cara memberikan jawabannya.
a.
Tes
tertulis (pencil and paper test), yaitu tes di mana tester dalam mengajukan
pertanyaan dilakukan secara tertulis dan testee memberikan jawaban juga secara
tertulis.
b.
Tes
lisan (nonpencil and paper test), yakni tes di mana tester dalam mengajukan
pertanyaan dilakukan secara lisan, dan testee memberikan jawaban secara lisan
juga.
E.
Pengembangan Instrumen Evaluasi Jenis Tes
Pada umumnya, tes yang digunakan di
sekolah-sekolah adalah achievement test yang dibagi menjadi empat golongan,
yaitu:
1. Pengembangan Tes Bentuk Uraian
Pengembangan
tes bentuk uraian dapat digunakan untuk mengukur kegiatan belajar yang sulit
diukur oleh bentuk objektif. Tes bentuk uraian disebut juga penilaian subjektif
karena sering juga dipengaruhi oleh subjektivitas guru. Dilihat dari bentuk
luas-sempitnya materi yang ditanyakan dapat dibagi menjadi:
a. Uraian Terbatas
Dalam menjawab, peserta didik harus
mengemukakan hal-hal tertentu sebagai batasannya. Walaupun kalimat jawaban
peserta didik itu beraneka macam, tetapi tetap harus ada pokok-pokok penting
yang terdapat dalam sisitematika jawaban sesuai dengan batas-batas yang
ditentukan dan dikehendaki dalam soalnya.
Contoh: Jelaskan bagaimana prosedur dan prinsip-prinsip
tes hasil belajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam!
b. Uraian Bebas
Dalam hal ini
peserta didik bebas untuk menjawab soal dengan cara dan sistematis sendiri.
Peserta didik bebas mengemukakan pendapat sesuai dengan kemampuanya. Namun demikian,
guru harus mempunyai patokan dalam mengoreksi.
Contoh:
Bagaimana perkembangan sistem pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada masa
ini, jelaskan dengan singkat!
2. Pengembangan Tes Bentuk Objektif
Tes
objektif sering disebut dengan tes dikotomi, karena jawabanya antara benar dan
salah dan skornya antara satu dan nol. Disebut tes objektif karena penilainya
yang objektif. Siapapun yang mengoreksi tes objektif hasilnya akan sama karena
kunci jawabannya sudah jelas dan pasti. Tes objektif menuntut peserta didik
untuk memilih jawaban benar diantara kemungkinan jawaban yang telah disediakan,
memberikan jawaban singkat dan melengkapi pertanyaan dan pernyataan yang belum
sempurna. Tes objektif sangat cocok untuk menilai kemampuan yang menuntut
proses mental yang tidak begitu tinggi. Tes jenis ini ada beberapa bentuk:
a. Benar atau salah (true false, or yes-No)
Bentuk
tes benar atau salah (B-S) adalah pernyataan yang mengandung dua kemungkinan
jawaban, yaitu benar atau salah. Peserta didik diminta menjawab pertanyaan
sesuai dengan petunjuk mengerjakan soal. Salah satu fungsi tes ini adalah untuk
mengukur kemampuan siswa untuk membedakan antara mana yang fakta dan mana yang
pendapat. supaya soal dapat berfungsi dengan baik materi yang hendak ditanyakan
hendaknya bersifat homogen. Contoh: bentuk soal yang hanya memberi tanda silang
(X).
B-S : Nikmat
yang dberikan Allah wajib disyukuri SEBAB puasa diakhiri tanggal 1 Syawal.
Kelebihannya
adalah: dapat mewakili pokok bahasan atau materi pelajaran yang lebih luas,
mudah penyusunannya dan dilaksanakan, mudah diskor, dapat dinilai secara cepat
dan objektif dan merupakan instrumen yang baik untuk mengukur fakta dan hasil
belajar langsung terutama yang berkaitan dengan ingatan. Adapun kelemahannya
adalah: ada kecenderungan peserta didik menjawab coba-coba (menebak jawaban),
pada umumnya mempunyai derajat validitas dan reabilitas yang rendah, dalam
penyusunan tes memerlukan ketelitian dan waktu yang agak lama, sering terjadi
kekaburan, terbatas mengukur aspek pengetahuan saja.
b. Pilihan Ganda (Multiple-Choice).
Soal tes
pilihan ganda dapat digunakan mengukur hasil belajar yang lebih kompleks dan
berkenaan dengan aspek ingatan, pengertian, aplikasi, analisis, sintesis, dan
evaluasi. Soal tes bentuk pilihan ganda terdiri dari pembawa pokok persoalan
dan pilihan jawaban. Ada beberapa jenis bentuk tes pilihan ganda, yaitu:
1)
Distracters,
yaitu setiap pertanyaan atau pernyataan mempunyai beberapa pilihan jawaban yang
salah, tetapi disediakan satu pilihan jawaban yang benar.
2)
Analisis
hubungan antara hal, yaitu bentuk soal yyang digunakan untuk melihat kemampuan
peserta didik dalam menganalisis hubungan antara pernyataan dan alasan
(sebab-akibat).
3)
Variasi
negatif, yaitu setiap pertanyaan atau pernyataan mempunyai beberapa pilihan
jawaban yang benar, tetapi disediakn satu kemungkinan jawaban yang salah.
4)
Variasi
berganda, yaitu memilih beberapa kemungkinan jawaban yang kesemuanya benar,
tetapi ada satu jawaban yang paling benar.
5)
Variasi
yang tidak lengkap, yaitu yang memiliki beberapa kemungkinan jawaban yang belum lengkap.
Kelebihanya
antara lain: cara penilaian dapat dilakukan dengan mudah, cepat, efektif.
Kemungkinan peserta didik menjawab terkaan dapat dikurangi, dapat digunakan
untuk menilai kemampuan peserta didik dalam berbagai aspek kognitif, dapat
digunakan berulang-ulang. Adapun kelemahanya adalah: tidak dapat mengukur
kemampuan verbal dan pemecahan masalah, penyusunan soal membutuhkan waktu yang
sangat lama, sukar menentukan alternatif jawaban yang benar-benar homogen, logis,
dan berfungsi.
c. Menjodohkan
Bentuk
tes menjodohkan terdiri atas kumpulan soal dan kumpulan jawaban yang keduanya
dikumpulkan dalam dua kolom yang berbeda, yaitu kolom sebelah kiri menunjukkan
persoalan, dan kolom sebelah kanan menunjukkan kumpulan jawaban. Jumlah
pillihan jawaban dibuat lebih banyak dari pada persoalan. Bentuk soal
menjodohkan sangat baik untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam
mengidentifikasi informasi.
Contoh:
Bagian A
Bagian B
1) Buku
..... 1. قلم
2) Pensil
..... 2. كتا ب
Kelebihannya
adalah: soal bentuk menjodohkan antara lain, relatif mudah disusun, penskoranya
mudah, dapat digunakan untuk menilai teori dan penemuanya, sebab-akibat,
istilah dan definisi. Adapun kelemahannya adalah: ada kecenderungan untuk
menekankan ingatan saja, kurang baik digunakan untuk menilai pengertian.
d. Jawaban Singkat (Short Answer) dan
Melengkapi (Completion).
Kedua
bentuk tes ini masing-masing menghendaki jawaban dengan kalimat dan atau dengan
angka-angka yang hanya dapat dinilai benar atau salah. Soal tes bentuk ini
biasanya dikemukakan dalam bentuk pertanyaan, dengan kata lain soal tersebut
berupa kalimat tanya yang dapat dijawab dengan singkat, berupa kata, prase,
nama, tempat, nama tokoh, lambang, dll.
Contoh: Apa
rukun Islam yang pertama?
Kebaikanya
antara lain, relatif mudah disusun, sangat baik untuk menilai kemampuan peserta
didik dalam hal fakta, prinsip dan terminologi. Menuntut peserta didik
mengemukakan pendapatnya secara singkat dan jelas, pemerikasaan lembar jawaban
dapat dilakukan dengan objektif. Kelemahanya antara lain, hanya berkenaan pada
hal mengingat saja, jika titik jawaban terlalu banyak pada soal melengkapi
peserta didik sering terkecoh, dalam memeriksa lembar jawaban dibutuhkan waktu
yang sangat lama.
3. Pengembangan Tes Lisan
Tes
lisan adalah tes yang menuntut jawaban dari peserta didik dalam bentuk lisan.
Peserta didik akan mengucapkan jawaban dengan kata-katanya sendiri sesuai
dengan pertanyaan atau perintah yang diberikan. Tes lisan dapat berbentuk
sebagai berikut:
a. Seorang guru menilai seorang peserta didik.
b. Seorang guru menilai sekelompok peserta
didik.
c. Sekelompok guru menilai seorang peserta
didik.
d. Sekelompok guru menilai sekelompok peserta
didik.
Kebaikan
tes lisan antara lain, dapat mengetahui langsung kemampuan peserta didik, tidak
perlu menyusun soal-soal, kemungkinan peserta didik menerka-nerka dan
berspekulasi dapat dihindari. Kelemahanya adalah memakan waktu yang cukup
banyak, sering muncul penilaian subjektivitas.
4. Pengembangan Tes Perbuatan (Perfomance
Test)
Tes
perbuatan atau tes praktek adalah tes yang menuntut peserta didik dalam bentuk
perilaku, tindakan, atau perbuatan lebih jauh. Stigins (1994) mengemukakan “tes
tindakan adalah suatu bentuk tes yang peserta didiknya diminta untuk melakukan
kegiatan khusus dibawah pengawasan penguji yang akan mengobservasi
penampilannya dan membuat keputusan tentang kualitas hasil belajar yang
didemonstrasikan.” Misalnya, coba praktekan bagaimana cara berwudlu yang baik
dan benar.
Tes
bentuk ini banyak digunakan hampir setiap mata pelajaran, seperti pendidikan
agama Islam, olahraga, kesenian, dan sebagianya. Adapun kelebihan tes tindakan
diantaranya, satu-satunya teknik tes yang dapat digunakan untuk mengetahui
hasil belajar dalam bidang ketrampilan, sangat baik digunakan dalam pencocokan
antara pengetahuan dan teori, dalam prosesnya tidak mungkin peserta didik dapat
menyontek, guru dapat mengenal karakteristik peserta didik. Adapun kelemahanya
adalah, memakan waktu yang lama, dalam hal tertentu membutuhkan biaya yang
besar, cepat membosankan, mempunyai syarat-syarat pendukung waktu, biaya, alat
dan tempat. [20][20]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dalam
dunia evaluasi pendidikan, tes adalah cara pengukuran dan penilaian di bidang
pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas baik berupa pertanyaan atau
perintah, sehingga menghasilkan nilai yang melambangkan prestasi peserta didik.
Langkah-langkah
pengembangan instrumen evaluasi, meliputi: perencanaan, persiapan, uji coba,
dan penilaian hasil ukuran. Sedanglan langkah-langkah menyusun tes, terdapat
beberapa tahapan, antara lain: merumuskan tujuan tes, mengidentifikasi hasil
belajar yang akan diukur dengan tes itu, menandai hasil belajar yang spesifik,
merinci mata pelajaran yang akan diukur dengan tes itu, menyiakan tabel
spesfikasi dan menggunakan tabel spesifikasi tersebut sebagai dasar penyusunan
tes.
Fungsi
tes, antara lain: sebagai alat pengukur terhadap peserta didik, sebagai alat
pengukur keberhasilan program pengajaran, untuk penentuan penempatan siswa
dalam suatu jenjang, untuk mencari umpan balik, untuk mencari sebab-sebab
kesulitan belajar siswa
Bentuk-bentuk
tes, antara lain:
1.
berdasarkan
fungsinya sebagai alat pengukur perkembangan: tes seleksi, tes awal, tes akhir,
tes diagnostik, tes formatif, dan tes sumatif.
2.
berdasarkan
aspek psikis yang ingin diungkap: tes intelegensi, tes kemampuan, tes sikap,
tes kepribadian, dan tes hasil belajar
3.
berdasarkan
obyek yang dites: tes individual, dan tes kelompok
4.
berdasarkan
waktu yang disediakan bagi teste untuk menyelesaikan tes: power test, dan speed
test
5.
berdasarkan
bentuk sifatnya: tes verbal, dan tes non verbal
6.
berdasarkan
cara mengajukan pertanyaan dan cara memberikan jawabannya: tes tertulis, dan
tes lisan.
Pengembangan
instrumen evaluasi jenis tes, terbagi dalam empat golongan, yaitu: tes bentuk
uraian, tes bentuk objektif, pengembangan tes lisan dan pengembangan tes
perbuatan.
B.
Saran
Demikianlah
makalah ini kami buat, semoga dapat menjadi tambahan ilmu pengetahuan tentang
instrumen evaluasi yang meliputi tes dan bentuk-bentuknya. Kami sarankan agar
pembaca mencari referensi lain untuk menambah wawasan Anda. Kami mohon maaf
apabila dalam makalah kami terdapat kesalahan baik dalam segi tulisan, tanda
baca, maupun kesalahan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal.
2012. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT. RemajaRosdakarya.
Lubis, Mawardi.
2008. Evaluasi Pendidikan Nilai. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mulyadi. 2010.
Evaluasi Pendidikan. Malang: UIN-Maliki Pers.
Purwanto,
Ngalim. 1988. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Purwanto,
Ngalim. 2001. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Sudijono, Anas.
2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.
Widoyoko, S.Eko
Putro. 2009. Evaluasi program Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.