BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Islam
telah mengajarkan kepada kita agar taat dan berbakti kepada orang tua,
mengingat banyak dan besarnya pengorbanan serta kebaikan orang tua terhadap
anak, yaitu memelihara dan mendidik kita Sejak kecil tanpa perhitungan biaya
yang sudah dikeluarkan dan tidak mengharapkan balasan sedikit pun dari anak,
meskipun anak sudah mandiri dan bercukupan tetapi orang tua tetap
memperlihatkan kasih sayangnya, oleh karena itu seorang anak memiliki
macam-macam kewajiban terhadap orang tuanya menempati urutan kedua setelah
Allah Swt, dan kita juga dilarang durhaka kepada orang tua.
Di
antara kelaziman hidup bermasyarakat adalah budaya saling hormat menghormati,
saling menghargai satu sama lain, dalam keluarga sangatlah penting di tanamkan
abad dan tatakrama yang sopan terhadap kedua orang dan santun apabila berbicara
terhadap keduanya.
Di
zaman yang modern seperti sekarang ini telah banyak pergeseran tentang adab
atau prilaku sehingga menjurus kepada dekadensi moral, anak dengan orang tua
tiada jarak yang memisahkan seperti layaknya teman sebaya, murid dengan guru
sudah tidak bisa lagi dibedakan baik dalam perkataan, perbuatan ataupun prilaku
dalam kehidupan sehari-hari yang seakan-akan tidak mencerminkan prilaku seorang
guru ataupun peserta didik. Dalam kehidupan sehari-hari seringkali kita temukan
hal-hal yang tidak sesuai dengan kaidah islamiyyah yang menjunjung tinggi rasa
saling menghargai, menghormati. Dalam berkehidupan saling berdampingan dalam
satu kawasan ataupun daerah individualisme lah yang sering dimunculkan di mana
rasa gotong royong, membantu satu sama lain sudah sangat sulit sekali kita
temukan, terlebih di kota-kota besar yang memang notabene memiliki beragam
etnis, kebiasaan, dan budaya yang berbeda beda.
Dengan adanya makalah ini penyusun
mencoba menjelaskan tentang pandangan islam tentang adab/tatakrama/ prilaku
yang seharusnya dijunjung tinggi dan diimplementasikan dalam kehidupan
sehari-hari.
B.
Rumusan Masalah
Dalam makalah
ini kami akan membahas
a.
Pengertian
Adab
b.
Dalil
Al Qur’an
c.
kriteria
yang menunjukkan bentuk bakti seorang anak kepada kedua
d.
Hadist
e.
Menunjukkan
contoh perilaku yang mencerminkan hormat dan patuh kepada orang tua
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Adab
Menurut
bahasa Adab memiliki arti kesopanan, kehalusan dan kebaikan budi pekerti,
akhlak. M.Sastra Praja menjelaskan bahwa, adab yaitu tata cara hidup,
penghalusan atau kemuliaan kebudayaan manusia.Sedangkan menurut istilah Adab
adalah suatu ibarat tentang pengetahuan yang dapat menjaga diri dari segala
sifat yang salah.
Pengertian
bahwa adab ialah mencerminkan baik buruknya seseorang, mulia atau hinanya
seseorang, terhormat atau tercelanya nilai seseorang. Maka jelaslah bahwa
seseorang itu bisa mulia dan terhormat di sisi Allah dan manusia apabila ia
memiliki adab dan budi pekerti yang baik.
Seseorang akan
menjadi orang yang beradab dengan baik apabila ia mampu menempatkan dirinya
pada sifat kehambaan yang hakiki. Tidak merasa sombong dan tinggi hati dan
selalu ingat bahwa apa yang ada di dalam dirinya adalah pemberian dari Allah
swt. Sifat-sifat tersebut telah dimiliki Rasulullah saw. Secara utuh dan
sempurna.
Menurut
Imam al-Ghazali akhlak mulia adalah sifat-sifat yang dimiliki oleh para utusan
Allah swt. yaitu para Nabi dan Rasul dan merupakan amal para shadiqin. Akhlak
yang baik itu merupakan sebagian dari agama dan hasil dari sikap
sungguh-sungguh dari latihan yang dilakukan oleh para ahli ibadah dan para
mutaqin.
B.
Dalil Al Qur’an
Terdapat banyak
ayat yang mendudukkan ridha orang tua setelah ridha Allah dan keutamaan
berbakti kepada orang tua adalah sesudah keutamaan beriman kepada Allah, antara
lain :
Artinya : “dan
Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah
seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya
Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah
kepada mereka Perkataan yang mulia.” (QS. Al Isra 23)
Artinya, “Dan
rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan
ucapkanlah, “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka
berdua telah mendidik aku waktu kecil.” (QS. al-Isra: 24)
Surat Al-Isra
ayat 23-24 memiliki kandungan mengenai pendidikan berkarakter. Definisi dari
karakter adalah satu kesatuan yang membedakan satu dengan yang lain atau dengan
kata lain karakter adalah kekuatan moral yang memiliki sinonim berupa moral,
budipekerti, adab, sopan santun dan akhlak. Akhlak dan adab sumbernya adalah
wahyu yakni berupa Al-Qur’an dan Sunah. Sedangkan budi pekerti, moral, dan
sopan santun sumbernya adalah filsafat. Kembali kepada pengertian dari Surah
Al-Isra ayat 23 disebutkan bahwa yang pertama Allah memerintahkan kepada
hamba-hambanya untuk menyembah Dia semata, tidak ada sekutu bagi-Nya.yang
kedua, kita harus berbakti kepada orang tua. Lalu pada ayat 24 disebutkan bahwa
anak hendaknya mendoakan kedua orang tuanya. Ulama menegaskan bahwa doa kepada
kedua orang tua yang dianjurkan adalah bagi yang muslim, baik yang masih hidup
atau telah meninggal. Sedangkan bila ayah atau ibu yang tidak beragama islam
telah meninggal, maka terlarang bagi anak untuk mendoakannya. Dari penjelasan
di atas sangat jelas bahwa ketika kita menghargai dan menyayangi orang tua kita
dengan baik maka akan menumbuhkan akhlak serta moral yang baik pula bagi anak
sedangkan jikalau kita acuh maka akan timbuh akhlak dan moral yang tidak baik.
Dengan kata lain, hal ini sangat berpengaruh dalam pendidikan karakter. Antara
orangtua sebagai pendidik dan anak. Segala sesuatu yang diajarkan dengan baik
pada mulanya akan menanamkan karakter yang baik pula pada anak. Untuk itu
berbakti kepada orang tua merupakan suatu cara yang harus dilakukan.
C.
Kriteria yang menunjukkan bentuk bakti seorang anak kepada kedua
Orang Tua
Ada lima
kriteria yang menunjukkan bentuk bakti seorang anak kepada kedua orang tuanya.
1.
Tidak
ada komentar yang tidak mengenakkan dikarenakan melihat atau tercium dari kedua
orang tua kita sesuatu yang tidak enak. Akan tetapi memilih untuk tetap
bersabar dan berharap pahala kepada Allah dengan hal tersebut, sebagaimana dulu
keduanya bersabar terhadap bau-bau yang tidak enak yang muncul dari diri kita ketika
kita masih kecil. Tidak ada rasa susah dan jemu terhadap orang tua sedikit pun.
2.
Tidak
menyusahkan kedua orang tua dengan ucapan yang menyakitkan.
3.
Mengucapkan
ucapan yang lemah lembut kepada keduanya diiringi dengan sikap sopan santun
yang menunjukkan penghormatan kepada keduanya. Tidak memanggil keduanya
langsung dengan namanya, tidak bersuara keras di hadapan keduanya. Tidak
menajamkan pandangan kepada keduanya (melotot) akan tetapi hendaknya pandangan
kita kepadanya adalah pandangan penuh kelembutan dan ketawadhuan.
Urwah
mengatakan jika kedua orang tuamu melakukan sesuatu yang menimbulkan
kemarahanmu, maka janganlah engkau menajamkan pandangan kepada keduanya. Karena
tanda pertama kemarahan seseorang adalah pandangan tajam yang dia tujukan
kepada orang yang dia marahi.
4.
Berdoa
memohon kepada Allah agar Allah menyayangi keduanya sebagai balasan kasih
sayang keduanya terhadap kita.
5.
Bersikap
tawadhu’ dan merendahkan diri kepada keduanya, dengan menaati keduanya selama
tidak memerintahkan kemaksiatan kepada Allah serta sangat berkeinginan untuk
memberikan apa yang diminta oleh keduanya sebagai wujud kasih sayang seorang
anak kepada orang tuanya.
Perintah
Allah untuk berbuat baik kepada orang tua itu bersifat umum, mencakup hal-hal
yang disukai oleh anak ataupun hal-hal yang tidak disukai oleh anak. Bahkan
sampai-sampai al-Qur’an memberi wasiat kepada para anak agar berbakti kepada
kedua orang tuanya meskipun mereka adalah orang-orang yang kafir.
Artinya : “Dan
jika keduanya memaksamu untuk
mempersekutukan dengan Aku
sesuatu yang tidak ada
pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan
pergauilah keduanya di dunia dengan
baik, dan ikutilah jalan orang
yang kembali kepada-Ku,
kemudian hanya kepada-Ku lah kembalimu,
maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. Lukman:15).
D.
Hadist
Hadis Abdullah
ibnu Umar tentang ridho Allah terletak pada ridho orang tua.
عَنْ
عَبْدُ الله بن عَمْرٍو رضي الله عنهما قال قال رسولُ الله صلى الله عليه وسلم:
رِضَى اللهُ فى رِضَى الوَالِدَيْنِ و سَخَطُ الله فى سَخَطُ الوَالِدَيْنِ (
اخرجه الترمذي وصححه ابن حبان والحاكم)
Artinya: dari
Abdullah bin ‘Amrin bin Ash r.a. ia berkata, Nabi SAW telah bersabda: “
Keridhoaan Allah itu terletak pada keridhoan orang tua, dan murka Allah itu
terletak pada murka orang tua”. ( H.R.A t-Tirmidzi. Hadis ini dinilai shahih
oleh Ibnu Hibban dan Al-Hakim.
Ridhonya Orang
Tua adalah Ridho-Nya Allah, Murkanya Orang Tua adalah Murka-Nya Allah.
Sebagai seorang anak, sebaiknya kita
selalu mengharap keridoan dari keduanya dan memenuhi perintah-perintahnya,
sepanjang tidak untuk berbuat maksiat. Juga anak harus selalu mementingkan
keduanya dengan mendahulukan keinginan– keinginannya dari pada kepentingan dan
keinginan pribadi .
Pernahkah anda
membayangkan saat pulang kerumah mendapati orang tua kita sudah terbaring kaku
dibungkus dengan kain kafan. Perasaan menyesal terbesit dalam hati karena
sebagai anak belum cukup berbakti. Untuk itu tunaikanlah kewajiban kita selagi
kedua orang tua masih hidup. Berbuat baiklah pada kedua orang tua.
Berbakti kepada kedua orang tua sering
sekali disebutkan dalam Al-Quran, bahkan digandengkan dengan tuntunan menyembah
Allah. Hal ini menunjukan bahwa berbakti kepada Kedua orang tua (Ibu – Bapak)
adalah wajib. Anak berkewajiban berbuat baik kepada kedua orang tuanya yang
harus ditunaikan semaksimal mungkin. Apalagi jkia sering menyakitinya dengan
cara membantah dan berkata kasar pada mereka. Termasuk durhaka kepada kedua
orang tua, adalah menyakitinya dengan tidak mau memberikan hal yang baik kepada
keduanya, sesuai dengan kemampuan. Kemudian bagaimanakah kita sebagai anak tega
memalingkan muka dan berkata kasar kepadanya.
Hadis
Al-Mughirah bin Su’bah tentang Allah mengharamkan durhaka kepada ibu, menolak
kewajiban, meminta yang bukan haknya.
عن المغيرة بن شعبة قال النبي صلى الله عليه
وسلم : ان الله حرم عليكم عقوق الامهات ووأد البنات ومنع وهات وكره لكم قيل وقال
وكثرة السؤال واضاعة المال (اخرجه البخاري)
Artinya: dari
Al-Mughirah bin Syu’ban r.a. ia berkata, Nabi Saw telah bersabda: “ Sungguh
Allah ta’ala mengharamkan kalian durhaka kepada ibu, menolak kewajiban, meminta
yang bukan haknya dan mengubur hidup-hidup anak perempuan. Allah juga membenci
orang yang banyak bicara, banyak pertanyaan dan menyia-nyiakan harta.
Setelah orang muslim mengetahui hak
kedua orang tua atas dirinya dan menunaikannya dengan sempurna karena mereka
mentaati Allah Ta’ala dan merealisir wasiat-Nya, maka juga menjaga etika-etika
berikut ini terhadap kedua orang tuanya :
1.
Taat
kepada kedua orang tua dalam semua perintah dan larangan keduanya, selama di
dalamnya tidak terdapat kemaksiatan kepada Allah, dan pelanggaran terhadap
syariat-Nya, karena manusia tidak berkewajibab taak kepada manusia sesamanya
dalam bermaksiat kepada Allah, berdasarkan dalil-dalil berikut :
2.
Hormat
dan menghargai kepada keduanya, merendahkan suara dan memuliakan keduanya
dengan perkataan dan perbuatan yang baik, tidak menghardik dan tidak mengangkat
suara di atas suara keduanya, tidak berjalan di depan keduanya, tidak
mendahulukan istri dan anak atas keduanya, tidak memanggil keduanya dengan
namanya namun memanggil keduanya dengan panggilan, “Ayah, ibu,” dan tidak
berpergian kecuali dengan izin dan kerelaan keduanya.
3.
Berbakti
kepada keduanya dengan apa saja yang mampu ia kerjakan, dan sesuai dengan
kemampuannya, seperti memberi makan-pakaian keduanya, mengobati penyakit
keduanya, menghilangkan madzarat dari keduanya, dan mengalahkan untuk kebaikan
keduanya.
4.
Menyambung
hubungan kekerabatan dimana ia tidak mempunya hubungan kecuali dari jalur kedua
orang tuanya mendoakan dan memintakan ampunan untuk keduanya, melaksanakan
janji (wasiat), dan memuliakan teman-teman keduanya.
E.
Menunjukkan contoh perilaku yang mencerminkan hormat dan patuh
kepada orang tua
1. Pengertian Birrul Walidain
Istilah Birrul
Walidain terdiri dari kata Birru dan al-Walidain. Birru atau al-birru artinya
kebajikan dan al-walidain artinya kedua orang tua atau ibu bapak. Jadi, Birrul
Walidain adalah berbuat kebajikan terhadap kedua orang tua.
2. Kedudukan
Birrul Walidain
Birrul Walidain
mempunyai kedudukan yang istimewa dalam ajaran Islam. Allah dan Rasul-Nya
menempatkan orang tua pada posisi yang sangat istimewa, sehingga berbuat baik
pada keduanya juga menempati posisi yang sangat mulia, dan sebaliknya durhaka
kepada keduanya menempati posisi yang sangat hina. Karena mengingat jasa ibu
bapak yang sangat besar sekali dalam proses reproduksi dan regenerasi umat
manusia.
Secara khusus Allah
juga mengingatkan betapa besar jasa dan perjuangan seorang ibu dalam
mengandung, menyusui, merawat dan mendidik anaknya. Kemudian bapak, sekalipun
tidak ikut mengandung tapi dia berperan besar dalam mencari nafkah, membimbing,
melindungi, membesarkan dan mendidik anaknya, sehingga mempu berdiri bahkan
sampai waktu yang sangat tidak terbatas.
Berdasarkan
semuanya itu, tentu sangat wajar dan logis saja, kalau si anak dituntut untuk
berbuat kebaikan kepada orang tuanya dan dilarang untuk mendurhakainya.
3.
Bentuk-Bentuk Birrul Walidain
Adapun
bentuk-bentuk Birrul Walidain di antaranya:
Taat dan patuh
terhadap perintah kedua orang tua, taat dan patuh orang tua dalam nasihat, dan
perintahnya selama tidak menyuruh berbuat maksiat atau berbuat musyrik, bila kita
disuruhnya berbuat maksiat atau kemusyrikan, tolak dengan cara yang halus dan
kita tetap menjalin hubungan dengan baik.
Senantiasa
berbuat baik terhadap kedua orang tua, bersikap hormat, sopan santun, baik
dalam tingkah laku maupun bertutur kata, memuliakan keduanya, terlebih di usia
senja.
Mengikuti
keinginan dan saran orang tua dalam berbagai aspek kehidupan, baik masalah
pendidikan, pekerjaan, jodoh, maupun masalah lainnya. Selama keinginan dan
saran-saran itu sesuai dengan ajaran Islam.
Membantu Ibu
Bapak secara fisik dan materil. Misalnya, sebelum berkeluarga dan mampu berdiri
sendiri anak-anak membantu orang tua terutama ibu. Dan mengerjakan pekerjaan
rumah.
Mendoakan Ibu
Bapak semoga diberi oleh Allah kemampuan, rahmat dan kesejahteraan hidup di dunia
dan akhirta.
Menjaga
kehormatan dan nama baik mereka.
Menjaga,
merawat ketika mereka sakit, tua dan pikun.
Setelah orang
tua meninggal dunia, Birrul Walidain masih bisa diteruskan dengan cara antara
lain:
–
Mengurus
jenazahnya dengan sebaik-baiknya
–
Melunasi
semua hutang-hutangnya
–
Melaksanakan
wasiatnya
–
Meneruskan
sillaturrahmi yang dibinanya sewaktu hidup
–
Memuliakan
sahabat-sahabatnya
–
Mendoakannya.
4.Doa Anak
untuk Orang Tua
Seorang anak
yang ingin mendoakan kedua orang tuanya dapat mengambil contoh dari ayat suci
Alquran yaitu, doa Nabi Ibrahim as ketika mengajukan permohonan kepada Allah
Swt agar dapat lah kiranya Allah memberi ampunan pada kedua orang tuanya dari
dosa-dosa yang telah mereka perbuat.
Doa Nabi
Ibrahim as dalam Q.S.Ibrahim:41
Ya Tuhan Kami,
beri ampunlah aku dan kedua ibu bapaku dan sekalian orang-orang mukmin pada
hari terjadinya hisab (hari kiamat)”.
Permohonan Nabi
Ibrahim dalam Q.S. Al-Israa’: 24
dan
rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan
ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka
berdua telah mendidik aku waktu kecil”.
5. ‘Uququl
Walidain
‘Uququl
Walidain artinya mendurhakai kedua orang tua. Durhaka kepada kedua orang tua
adalah dosa besar yang dibenci oleh Allah Swt, sehingga adzabnya disegerakan
oleh Allah di dunia ini. Hal ini mengingat betapa istimewanya kedudukan kedua
orang tua dalam ajaran Islam dan juga mengingat betapa besarnya jasa kedua
orang tua terhadap anaknya, jasa itu tidak bisa diganti dengan apapun.
Adapun bentuk
pendurhakaan terhadap orang tua bermacam-macam dan bertingkat-tingkat, mulai
dari mendurhaka di dalam hati, mengomel, mengatakan “ah” ( uffin, berkata
kasar, menghardik, tidak menghiraukan panggilannya, tidak pamit, tidak patuh
dan bermacam-macam tindakan lain yang mengecewakan atau bahkan menyakitkan hati
orang tua.) di dalam Q.S. A-Israa:23 di ungkapkan oleh Allah dua contoh
pendurhakaan kepada orang tua yaitu, mengucapkan kata “uffin” dan menghardik (
lebih-lebih lagi bila kedua orang tua sudah berusia lanjut)
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Menurut bahasa
Adab memiliki arti kesopanan, kehalusan dan kebaikan budi pekerti, akhlak.
M.Sastra Praja menjelaskan bahwa, adab yaitu tata cara hidup, penghalusan atau
kemuliaan kebudayaan manusia.Sedangkan menurut istilah Adab adalah suatu ibarat
tentang pengetahuan yang dapat menjaga diri dari segala sifat yang salah.
Pengertian
bahwa adab ialah mencerminkan baik buruknya seseorang, mulia atau hinanya
seseorang, terhormat atau tercelanya nilai seseorang. Maka jelaslah bahwa
seseorang itu bisa mulia dan terhormat di sisi Allah dan manusia apabila ia
memiliki adab dan budi pekerti yang baik.
1.
Bahwa
berbakti kepada kedua orang tua adalah amal yang paling utama.
2.
Bahwa
ridla Allah tergantung kepada keridlaan orang tua.
3.
Bahwa
berbakti kepada kedua orang tua dapat menghilangkan kesulitan yang sedang
dialami yaitu dengan cara bertawasul dengan amal shahih tersebut.
4.
Dengan
berbakti kepada kedua orang tua akan diluaskan rizki dan dipanjangkan umur.
5.
Manfaat
dari berbakti kepada kedua orang tua yaitu akan dimasukkan ke jannah (surga)
oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. Di dalam hadits Nabi Shallallahu 'alaihi wa
sallam disebutkan bahwa anak yang durhaka tidak akan masuk surga. Maka
kebalikan dari hadits tersebut yaitu anak yang berbuat baik kepada kedua orang
tua akan dimasukkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala ke jannah (surga).
Berbakti kepada kedua orang tua sering
sekali disebutkan dalam Al-Quran, bahkan digandengkan dengan tuntunan menyembah
Allah. Hal ini menunjukan bahwa berbakti kepada Kedua orang tua (Ibu – Bapak)
adalah wajib. Anak berkewajiban berbuat baik kepada kedua orang tuanya yang
harus ditunaikan semaksimal mungkin. Apalagi jkia sering menyakitinya dengan
cara membantah dan berkata kasar pada mereka.
Termasuk durhaka kepada kedua orang
tua, adalah menyakitinya dengan tidak mau memberikan hal yang baik kepada
keduanya, sesuai dengan kemampuan. Kemudian bagaimanakah kita sebagai anak tega
memalingkan muka dan berkata kasar kepadanya.
B.
Saran
Sebagai seorang anak, sebaiknya kita
selalu mengharap keridoan dari keduanya dan memenuhi perintah-perintahnya,
sepanjang tidak untuk berbuat maksiat. Juga anak harus selalu mementingkan
keduanya dengan mendahulukan keinginan– keinginannya dari pada kepentingan dan
keinginan pribadi .
DAFTAR
PUSTAKA
http://muslim.or.id/akhlaq-dan-nasehat/bakti-pada-orang-tua.html
http://makalahdanskripsi.blogspot.com/2009/01/peran-orangtua-dalam-upaya-pencegaha/n.html
http://muslimah.or.id/akhlak-dan-nasehat/bakti-kepada-orang-tua.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar